Culture Shock Is Not That Shocking

1/22/2014



Sebagai anak rantau, pastinya sedikit banyak kita akan menemukan yang namanya culture shock atau kejutan budaya. Begitu juga yang gue alami saat awal-awal gue tinggal di Malang. Pindah dari provinsi paling barat Pulau Jawa (Banten) ke provinsi paling timur Pulau Jawa (Jawa Timur), tentu ada beberapa perbedaan anatara budaya keduanya walaupun cuma sedikit dan tidak sebanyak yang dialami mereka yang berkunjung ke luar negeri --yang mana culture shock umum terjadi.

Ada beberapa perbedaan antara kebiasaan-kebiasaan di Tangerang dan di Malang, di daerah yang mayoritas Sunda dan mayoritas Jawa, di daerah yang panas sampe ke ubun-ubun dan dingin sampe ke tulang-tulang. Tapi tidak se-ekstrim culture shock yang dialami oleh perantau luar negeri--yang katanya kerap kali menimbulkan kebingungan dan depresi-- culture shock yang gue temukan cenderung bikin
keadaan awkward yang lucu. Kebanyakan terjadi karena perbedaan bahasa sih.




Di antaranya nih yang gue inget banget, tentang "Sepeda" dan "Sepeda Motor". Gak taunya kalau di Jawa Timur, sepeda motor (atau motor biasa kita menyebutnya) itu dibilangnya "sepeda" (yang diambil kata "sepeda" dari "sepeda motor" bukan "motor" nya). Tentu aja ini sempet bikin gue bingung karena "sepeda" dalam pikiran gue ya sepeda konvensional, yang digoes (dikayuh), kereta angin (yang mana di sini itu disebutnya "sepeda ontel", nah kalau "sepeda ontel" di jawa barat ya sepeda kumbang yang dikendarai Pak Oemar Bakri di lagunya Iwan Fals aja, bukan semua sepeda yang digoes). 

Setidaknya ada dua kejadian yang gue inget tentang si sepeda ini. Yang pertama, waktu gue dan Papa mendarat di Malang untuk daftar ulang kampus gue, kenalan sama kakak-kakak rohis di mesjid kampus. Setelah ngobrol-ngobrol dan mengetahui kalau kami belum menemukan kos-kosan buat gue (belum nyari), kakak-kakak ini menawarkan untuk mengantarkan kami melihat kontrakan dan kos-kosan yang available (baik banget ya!). Waktu akan berangkat dan menyadari kami berdua tidak bisa dibawa dengan satu "sepeda", kakaknya nanya ke temennya "bawa sepeda gak? pinjem dulu dong, mau nganter ini". Seketika temennya menyerahkan kunci ke si kakak ini. Di sini gue mikir "wih sepedanya canggih ya ada kuncinya, kunci apa tuh? kayaknya bukan kunci gembok atau kunci ban sepeda". Lalu kakaknya nanya "kamu bisa bawa sepeda kan?" ohohohoho atuh kak saya belajar sepeda dari sebelum disunat ya! "bisa kok" jawab gue dengan masih membayangkan itu kunci apa dan kira-kira sepedanya wim cycle heboh atau sepeda family roda tiga dengan keranjang. Dan pas kita ke parkiran, jeng jeng, motor bebek.


***

Setelah daftar ulang, gue kembali pulang ke Tangerang dan baru ke Malang lagi waktu bener-bener pindahan dengan membawa barang-barang untuk ngekos. Selesai beres-beres kost, kami sekeluarga jalan-jalan di sekitaran daerah kostan biar gue cepet hafal jalannya (iya, yang nganter gue pindahan sekeluarga, Papa, Mama, dua adek gue dan nenek gue hohoho). Waktu sekeluarga bahagia ini lagi jalan-jalan ceria di pagi hari yang cerah di dunia tubby, di sebuah pengkolan jalan, kami melihat kecelakaan, yaitu seorang bocah yang mengendarai sepeda menabrak motor yang lagi mau belok. Si bocah nyusruk kena stang sepedanya sendiri dan jidatnya berdarah. Kami yang melihat kejadiannya lalu membantu si bocah dan bersama pengendara motor nganterin bocah itu ke rumahnya. Begitu sampe di rumahnya, ditanyalah sama ibunya,

 "ono opo to le?"
kemudian si pengendara motor menjelaskan
"iki bu, nabrak sepeda"
"hah?"
"nabrak sepeda"
"Ya Allah gusti..."
Di sini gue--dan mungkin papa gue juga--bingung, kan si bocah yang naik sepeda, terus nabrak motor, bukan dia nabrak sepeda.. ooh mungkin maksud si mas pengendara motor ini "nabrak pake sepeda" atau "nabrak pas naek sepedaa" kali ya (ya, waktu itu gue sudah melupakan pelajaran pertama gue waktu daftar ulang).
Baru selesai gue menyimpulkan seperti itu, si ibu melanjutkan,
"Sepedane ra popo mas?"
Mendengar itu gue langsung kayak yang "hah? gimana sih bu? itu anak ibu luka loh malah nanyain sepedanya, bukannya anaknya! parah nih!
"oh sepedanya sih gapapa bu"
"beneran mas gapapa? gak lecet a?"
Gue makin "buset dah ini si ibu masih sepeda aja yang dipikirin! sepeda mah gampang bisa beli lagi wey, bukannya lebih khawatirin anaknya tuh!"

Setelah itu kami (gue, Papa, dan mas pengendara motor) pamit dulu, dan pas di perjalanan pulang itu gue baru inget tentang kejadian pas daftar ulang, gue baru inget kalau "sepeda" itu maksudnya motor, dan otak gue langsung merekonstruksi kejadian barusan : Si ibu nanya sepeda (motor) nya mas nya (bukan sepeda anaknya) yang gapapa dan gak lecet, soalnya si Ibu khawatir anaknya bikin motor si mas nya rusak. Bukan mengkhawatirkan sepeda anaknya rusak setelah nabrak dan lebih memperhatikan sepedanya dibanding anaknya. Aha! gue baru konek! Hahaha...



Selain kata "sepeda", ada kata lainnya yang sempet bikin gue mispresepsi, yaitu kata "keplek". Keplek di sini sepertinya artinya semacam nametag atau tanda pengenal itulah, biasanya dibikin pas ospek dari karton atau kertas buffalo, mungkin itu sebabnya disebut keplek soalnya bahannya yang keplek-keplek (yah gitu lah!). Sementara di tempat asal gue, keplek itu nama salah satu senjata tajam yang suka dipake anak-anak sekolah tawuran, biasa disebut keplek atau pedang keplek (FYI, keplek itu biasanya terbuat dari penggaris stainless steel yang udah ditajemin, ya sama sih keplek-keplek juga). Dengan informasi di kepala gue yang kayak gitu, coba bayangkan gimana bingungnya gue pas salah satu temen ngasih tau gue,


 "Eh, Ram, itu tugas ospek ada tambahan, anak teknik suruh bikin keplek, ntar dibawa pas ospek fakultas".

Oke, gue tau fakultas teknik terkenal ospeknya keras, oke, gue tau... tapi gue gak menyangka akan jadi segarang ini! Gue sudah membayangkan gimana nanti pas hari ospek, para maba semua membawa pedang keplek, kemudian kakak-kakak panitia sudah menanti, ada yang bersenjatakan celurit, katana, dan beberapa muter-muterin "martabak" (gir tajem yang dipasang di ujung sabuk silat itu). Lalu terjadi pertempuran antara maba dan panitia, macem di sekolahnya Genji. Eh pas gue liat infonya langsung di mading, ternyata keplek itu semacam tanda pengenal. yaah.. #eh.




Oh ya pernah juga waktu lagi ospek jurusan, tepatnya waktu lagi screening danton (semacam tes untuk menentukan pemimpin di angkatan, dicecar pertanyaan-pertanyaan sampe pada mundur, cuma yang bertahan yang bakal kepilih). Setelah bertahan cukup lama, dan dipindah ke ruangan lain (yang di dalamnya sudah banyak kakak-kakak panitia menunggu untuk ngetes lagi), gue pun ditanya kira-kira begini, 
"ngapain kamu masih bertahan? kan repot, haus kan pasti? kesel kan? kesel gak?" 
lalu gue jawab
"iya kakkesel!"
"yaudah nih kalo kesel, saya kasih air, minum gih, tapi semua temen kamu harus kebagian, paham?"
kan gue bingung, kok orang kesel dikasih air? Gak taunya gue baru sadar kalo kesel dalam bahasa Jawa itu artinya capek, sementara gue jawab kesel dengan pikiran kalo kesel itu jengkel, yah.. padahal gue udah jawab bener tuh, gue jengkel hahaha..

Oh oh atau yang paling dirasa, perbedaan penggunaan kata pengganti. Di Tangerang, gue dari TK udah ngomong "gue-lo/gua-lu", tapi di Malang sini, orang-orang banyaknya ngomong "aku-kamu". Bukan hal merepotkan sih buat gue buat langsung ganti jadi aku-kamu soalnya emang udah biasa juga (di keluarga kan ngomongnya aku-kamu juga), cuman yang lucu itu si Herlus, temen gue dari Tangerang juga, temen blogger juga yang kebetulan kita satu kampus dan satu fakultas dan kostan deket, dia bilang gini pas kita cerita-cerita tentang gue-lo dan aku-kamu, dia bilang, 


"Iya ram, masa waktu itu gue baru kenal sama cewek di line angkatan di jurusan gue, dia langsung bilang aku-kamu, gue kirain ini cewek modus amat udah langsung aku-kamu-an, gak taunya emang gitu" 

Huahahahaha. Pernah juga karena awal-awal belum tau kan temen-temen gue asal mana aja, jadi gue ngomong aja ke semuanya pake aku-kamu, lalu gue ngomong apa ya lupa ke tiga orang temen gue cowok pake aku-kamu, lalu salah seorang nanya,
"emang kamu dari mana, Ram?"
"dari Tangerang" jawab gue
"Elah lu Jabodetabek juga ngapain pake aku-kamu anying!"
"Huahahaha kan gue belum tau men kalian pada dari mana".

Dan mugkin banyak lagi kejutan-kejutan budaya yang gue alami, tapi gue lupa. Selain perbedaan-perbedaan itu juga gue menemukan kesamaan-kesamaan anatara kata dalam bahasa sunda dan bahasa jawa, kayak "kabeh" yang artinya sama-sama semua, "endog" yang artinya sama-sama telor, "kumbah/umbah" yang artinya sama-sama nyuci, dan banyak lagi. Walau ada juga yang beda kayak kata "maneh" dalam bahasa sunda kan artinya "kamu/elu" ternyata dalam bahasa jawa artinya "lagi", atau "pisan" yang dalam bahasa sunda artinya "banget", dalam bahasa jawa artinya "juga".

Tapi perbedaan-perbedaan itu yang bikin hidup di perantauan jadi seru. Apalagi temen-temen gue di kuliah ini dateng dari seluruh penjuru Indonesia, dengan logat yang berbeda-beda, dan kebiasaan yang berbeda-beda. Kita sering niru-niru logat temen dari daerah lainnya, yang dari Jakarta pada sok-sokan ngomong Medan lah, yang dari Medan sok-sokan ngomong Jawa lah, yang dari Kalimantan sok-sokan ngomong Sunda lah, dan yang dari Jawa sok-sokan ngomong "gue-lo, anjir, pale lo, keles, buset dah!". SARA? sama sekali enggak tuh, toh kita sama-sama belajar, dan berkat itu (juga berkat panitia ospek yang suka marah-marah pake bahasa jawa) gue udah lumayan ngerti bahasa jawa sekarang walaupun baru beberapa bulan tinggal di Malang.




Dan yakembali teringat waktu gue SMA dulu di kelas English Conversation, guru gue cerita tentang dosennya yang ngambil bahasan culture shock sebagai bahan thesis nya, dan rasanya gue ingin ngasih tau ke guru gue itu "Sir, I think culture shock is not that shocking, but funny. At least to me". Mudah-mudahan suatu hari nanti gue bisa merasakan culture shock yang bener-bener shocking deh (baca: bisa kuliah ke luar negeri), amiin.


ENJOY YOUR DAY!

sumber gambar :


http://www.internations.org/magazine/what-is-culture-shock-15332
http://www.anylatitude.com/2013/06/24/culture-shock-experiences-from-expats/
http://intankasmarani.blogspot.com/2012/06/keplek-name-tag-tanda-pengenal-ospek.html
http://muisss.wordpress.com/2011/09/28/the-3-ps-of-culture-shock/

Ditulis oleh Ramy Dhia
Seorang mahasiswa arsitektur yang mencintai dunia desain, teknologi, pop culture, dan penulisan. Ngeblog sejak 2010 dan mulai ngeVlog di Youtube sejak 2014. Hobi nonton TV Series dan merupakan pemain abadi dari game Harvest Moon: Back to Nature.
NB: Bercita-cita ingin menguasai dunia.


You Might Also Like

26 comments

  1. PERTAMAX! Kocak lo Ram. Hahaha.

    Duh kalo saya sih belum ngerasain culture shock sebegitunya. Orang jawa yg kuliah di jawa juga (baca=njogja). Tapi suatu saat pengin juga sih :3

    BalasHapus
  2. Hahaha, tika ngakak terus baca ni postingan sampe slesai hahahaha

    BalasHapus
  3. aku anak Malang asli, yg harus kuliah di Malang juga. dari SD selalu ketemu sama anak2 Malang doang, paling cm beberapa anak pindahan dr luar.
    pas awal kuliah, juga sempet ngalamin kayak gini, salah paham pas ngomong2 sama anak luar jawa terutama.

    dulu juga ngira kalo anak2 jabodetabek itu sombong2 bgt ngomong aja pake lo-gue kayak di sinetron aja pffffffttttttt :3
    trus di aku-kamu-in kok malah dikiranya aku yg berlebihan, wuakakakak

    BalasHapus
  4. Huahaha gue orang jawa lama di kalimantan, pas ke malang sok2an bahasa jawa orang yg gue ajak ngomong tau kalo gue cuma pura2 aja, akhirnya ngomong pake bhs.indo xD

    BalasHapus
  5. Bah, tak ada penjelasan soal Platinum Member, daku kecewa ......

    Btw gue malah baru tahu kalau 'sepeda' di Malang berarti 'Sepeda Motor'.
    Mungkin bisa jadi informasi berguna bagi dirimu yang berniat menguasai Bumi saudara aliyen :v

    BalasHapus
  6. Kesel = capek. bikin gak 'ngeh' juga ya .___.

    BalasHapus
  7. @Uzzy Lintang Savitri
    halo orang Malang asli, salam kenal dari orang Malang baru XD

    huahahaha kayak di sinetron XD

    BalasHapus
  8. @Joga Tjahja Poetra
    huahaha kalo gue malah pernah ke pasar sok-sokan pake bahasa Jawa malah ditanya "Jowo ne nang ndi mas?" (Jawa nya di mana mas?) terus gue jawab "Tangerang" trus gue kabur XD

    BalasHapus
  9. @Farid Azroel
    premium member lagi -_-
    haha ya informasi yang (bisa jadi) berguna nih XD

    BalasHapus
  10. @Dwi M Irwansyah
    iya kan.. soalnya dua kata itu bisa dipake di konteks yg sama biasanya XD

    BalasHapus
  11. bikin bingung tapi seru kayaknya kuliah diluar kota yang budaya2 nya beda banget sama tempat asal

    BalasHapus
  12. Iya banget. Dulu waktu pas pertama kali pindah ke medan dan memilih menetap disini, gue heran ama kata-katanya. Dan paling bikin heran pertama kali waktu sepeda motor kalau di medan itu dibilang "kereta". Haha :|

    BalasHapus
  13. @Siswanto Wahyu Bowo
    oh iya pernah denger juga kalo di Medan motor disebutnya kereta. Kalo di Malaysia malah kereta itu mobil XD

    BalasHapus
  14. Belum pernah merasakan Culture Shock yang skala besar, masih skala kecil (Skala, skala, memangnya peta).. Karena meskipun tempat kuliah dan tempat sekolah berada di Provinsi berbeda, tapi bahasa yang digunakan sama.. XD

    BalasHapus
  15. Baca postingan ini bikin ngakak tengah malem. Jd inget pengalaman dulu pernah ngalamin culture shock juga pas pindah dari bogor ke lombok haha

    BalasHapus
  16. "kesel kan? kesel gak?"
    "iya, kesel"
    *dibanjur air*

    harusnya sih begitu XD

    BalasHapus
  17. kampus aku di Bandung tapi mayoritas sih bukan orang Bandung. nah biar gampang ya mereka ngomongnya "gue-elu" sampe suatu ketika di angkringan ada dua cowok yang sepertinya maba ngobrol
    "eh, elu dari mana?"
    "gue dari sukabumi. elu?"
    "gue Bandung"

    terus ngapain gue-elu-an kalo sama-sama orang Sunda?! D:
    antara pingin marah sama ketawa =))

    BalasHapus
  18. @Afrinaldi
    hooo kalo yang besar kayak pergi ke luar negeri seru kali ya XD

    BalasHapus
  19. @Neng eka
    haha jauh juga tuh Bogor-Lombok neng eka, pasti banyak perbedaannya XD

    BalasHapus
  20. ramy ternyata kamu hoby nge bog yaa haha
    bagus blog kamu

    BalasHapus

Page Ranking Tool
DMCA.com

I'm in

postimage
Mutsurini Team
Komunitas Online Kab.Tangerang Warung Blogger