Seinget gue, ini bukan pertama kalinya gue mikir kalau tulisan di blog gue mengalami pergeseran tema, semakin kesini, lebih sering nulis tentang pemikiran dan opini tentang sesuatu yang lagi rame, dan akhir-akhir ini ditambah tulisan yang sebenernya merupakan script dari vlog gue yang sayang kalau cuma disimpen dan lumayan buat nambah-nambah konten di blog. Semakin sedikit tulisan yang murni merupakan cerita gue tentang hari-hari yang gue jalani atau kegiatan apa yang baru gue datangi. Bukan berarti gue gak ada kegiatan dan cuma mengurung diri di kontrakan atau terlalu sibuk sama kuliah, selain ngabis-ngabisin duit mencoba dapetin boneka di claw machine, gue juga tetep sering berkegiatan di komunitas, khususnya komunitas Kancut Keblenger Regional Malang semenjak ditunjuk jadi Jendral (semacam koordinator gitulah) oleh si Mpok Pina sejak gue pindah domisili ke Malang ini. Dan faktanya banyak kegiatan KK Malang yang luput gue tulis di sini karena gak ada hasrat atau apa, kayak waktu kita diundang cuap-cuap ke Radio Kosmonita; waktu kopdar tahun baru 2016 yang juga ada Mpok Pina yang lagi main ke Malang; kopdar yang juga ada ada Mpok Pina yang lagi-lagi main ke Malang yang rencananya mau ke pantai yang berakhir dengan nganterin Mpok Pina ke rumah sakit karena dia sakit waktu mau berangkat dan akhirnya gak jadi ke pantai tapi akhirnya ke kebun teh, dan Mpok Pina berakhir dapet pacar pulang-pulang dari Malang; sampai kopdar-kopdar kecil yang basically kita gak ngapa-ngapain, cuma minum susu atau nontonin Fachri dan perut blackhole nya beraksi menghabiskan tiga atau empat porsi mie pedas. Dan terakhir, KK Malang—seperti sebuah kumpulan manusia lainnya di bulan puasa—ngadain buka bersama, dan gue udah janji: YANG INI HARUS GUE TULIS DI BLOG!
A photo posted by Ramy D Humam (@ramydhia) on
Ada dua alasan utama kenapa gue bener-bener pengen mulai nulis tentang ini, yang pertama karena gue merasa kegiatan-kegiatan kopdar itu udah jadi kegiatan yang biasa aja. Beda kayak dulu waktu pertama kali kopdar KBBC (semoga amal ibadahnya diterima di sisiNya, amiin), gue ngerasain aneh banget (dalam konotasi positif) bahwa kita sekumpulan orang asing berkumpul dan menghabiskan waktu cuma gara-gara kita memiliki satu kesamaan di dunia online yakni sama-sama blogger. Kita berbeda-beda latar belakang, beda umur, gue masih bocah kelas 1 SMA, yang lain ada yang udah kerja, ada yang udah nikah, kebanyakan masih bujang. Gue gak bakal lupa rasanya kopdar pertama kali itu, kayak gimana Kang Payjo nyeletukin tentang postingan gue yang ujan-ujanan naik motor, gue langsung yang kayak “hah? jadi beneran ya blog gue dibaca”. Namun semakin sering ngelakuin kopdar, gue mulai ngerasa kegiatan itu ya biasa aja di zaman digital ini dimana orang-orang yang bertemu online bertatap muka secara langsung. Padahal nggak bener sama sekali. Yang namanya kopdar tetep luar biasa, tetep aneh, gimana kita somehow disatukan oleh suatu circle yang tidak melihat latar belakang, umur, atau apapun, tapi murni karena satu kesamaan itu (dalam hal ini blogger). Gue gak mau pengalaman kopdar ini jadi pengalaman biasa yang tidak menggairahkan untuk ditulis kayak yang sekarang gue rasa lagi gue alami, jadi gue bertekad buat nulis lagi setiap kegiatan kopdar atau kegiatan lain yang gue datangi.
Alasan yang kedua adalah , beberapa hari lalu Kang Jay Boana upload foto di facebook dan dikomen sama Kang Payjo—yang sudah tidak bujang lagi—kalo background foto itu adalah rumah lamanya yang dulu pernah dijadiin tempat bukber KBBC. Kang Jay lupa dan Kang Payjo ngasih bukti dengan mentautkan link postingan blog gue yang nyeritain bukber pada saat itu. Here’s the thing: gue juga lupa kalo kita pernah bukber di situ! Jadi gue buka link blog gue sendiri di komen Kang Payjo itu dan baca ulang postingan yang ditulis oleh bocah SMA di tahun 2011. Banyak kopdar KBBC yang gue inget betul dan kayaknya gak akan gue lupain, tapi sepertinya bukber satu ini tidak lulus seleksi arsip long term memory gue dan akhirnya terlupakan. Namun berkat baca kembali tulisan itu, it slowly comes back. Belum lagi pengalaman baca ulang tulisan lima tahun lalu itu seru banget, berasa baca buku sejarah mini yang tokoh utamanya diri lu sendiri. So thank you, Ramy si bocah SMA karena menuliskan pengalaman bukber itu di blog. Jadi gue juga ingin melakukan sesuatu yang mungkin Ramy si arsitek atau Ramy si ayah dari si kembar 5, 10, atau 20 tahun lagi akan berterimakasih.
berawal dari postingan ini |
Karena bukber dengan KK Malang kali ini kayaknya bakal bernasib sama dengan bukber di rumah Kang Payjo yang sepertinya tidak akan bertahan di ingatan jangka panjang gue, maka menurut gue penting untuk ditulis untuk membangun mesin waktu ke masa itu. Dan di sinilah gue di dalam kereta Matarmaja Malang-Pasar Senen, mengetik 700 kata intro yang bahkan belum masuk ke cerita utama diiringi lagu “Lonesome Town”, bear with me.
Bukber KK Malang ini—seperti kegiatan yang direncanakan lainnya—mengalami beberapa kali kemunduran tanggal. Karena ada yang masih UAS lah, karena ada yang masih atau sudah pulang ke kampung halaman lah, dan lain sebagainya. Yang rencananya mau masak-masak di kontrakan gue dan Fachri, pun berganti rencana jadi makan di luar aja. Tempat yang dipilih adalah Warung Lesehan Ayam Yogyakarta, yang mana merupakan nama yang logis karena selama 20 tahun hidup gue belum pernah melihat ayam yang duduk ber-table manner di atas kursi. Tidak di Yogyakarta, tidak dimanapun. Ini pertama kalinya gue ke tempat itu walaupun jaraknya dari kontrakan deket, dan walaupun kita menyimpan nomornya dan menempel brosurnya di pintu ajaib di kontrakan (yang mana brosur tempat makan yang bisa delivery, uang 2000 perak, dan abate, menempel. Nanti kapan-kapan gue potoin deh pintu ajaib ini dan cerita di baliknya, karena sekarang lagi di kereta). Dan walaupun nomor deliverynya dan menu makanannya menempel di kontrakan, kita belum pernah nyobain pesan makanan mereka dan selalu mesen Nasi Goreng Chinese sosis yang dideliver oleh Pak Kumis (yang belakangan sudah diganti :( ). Yang bikin gue kepikiran, kita juga gak pernah tahu dimana warung Nasi Goreng ini karna selalu pesen delivery kalo beli di mereka, hmmm.
Anyway, yang ikut bukber kali ini sedikit, cuma empat orang yakni Mbak Fasta, Mbak Depe (bukan Dewi Persik sayangnya), Ashya, dan gue. Kita tadinya mau video call Fachri buat bikin dia iri karena tidak bisa ikut bukber karena udah pulang ke Jakarta duluan, tapi setelah dipertimbangkan kemungkinan malah kita yang dibikin iri sama dia soalnya dia bukbernya sama keluarga di rumah dan kita nggak, akhirnya kita mengurungkan niat itu. Gue pesen ayam dan telor penyet dan es teh tawar yang ternyata enak. Oh ya oh ya oh ya! Lupa ngasih tau kalau ini bahkan bukan buka bersama, karena kita buka puasa dan solat magrib di rumah masing-masing, jadi ini cuma makan malem dan bolos taraweh bersama. Selama makan, kita ngobrolin hal-hal ringan kayak biasanya, mulai dari ngomongin event yang terakhir kita datangi, ngomongin mutual friend, mbak depe menceritakan pengalamannya yang pernah jadi kru backstage untuk konser-konser band metal (yang seinget gue dia janji akan diceritakan lebih detil di blog, ditunggu!), ngomongin mantan yang mana gue merasa being left out karena tidak punya mantan, dan ngomongin jenis-jenis kosmetik yang mana gue merasa banyak belajar untuk persiapan buat calon istri, calon pacar, atau posibbly calon mantan nanti. Gue juga membahas tentang yang gue bahas di awal tadi, tentang bagaimana gue merasa mulai jarang posting tentang kegiatan yang gue datangi dan nanyain yang lain kayak gitu juga apa nggak: ternyata nggak, Ashya aja nulis tentang kopdar karaoke-an kita. Baiklah.
Well, selama makan malam itu, sebagai satu-satunya cowok, gue mencoba mengambil pelajaran dari percakapan kita, dan inilah rangkumannya. Gue belajar bahwa:
1. Dibutuhkan trial and error untuk memilih produk-produk kosmetik yang cocok seperti sunblock, moisterizer, lipstrik, BB cream, dan sebagainya, sementara gue kira milih sabun muka yang cocok aja udah ngerepotin. Memiliki kakak perempuan yang udah kerja itu enak karena biasanya mereka akan merekomendasikan atau bahkan membelikan alat-alat kosmetik seperti eye liner. Yak gue gatau apa gunanya informasi ini buat gue dan hubungannya dengan masa depan dan rencana gue untuk menguasai dunia, tapi tak apa, gue simpen dulu.
2. Seperti halnya cowok ketika melihat cewek cantik, cewek-cewek juga suka terdistraksi ketika makan di restoran dan melihat cowok ganteng—atau dalam kasus ini, “mas-mas gemesh” mereka bertiga menyebutnya. Gue gatau apakah mereka bertiga bisa mewakili “cewek-cewek”, tapi ya sudahlah, gue ambil saja kesimpulan itu.
Jadi begitulah cerita bukber yang bukan bukber bersama KK Malang yang biasa-biasa aja tapi mungkin akan dikangenin ketika dibaca 5 tahun lagi, jadi penting untuk ditulis. Lagu di playlist pun sudah berganti jadi “Sono Chi no Sadame” karena memang begitu randomnya gue, memutar lagu dari Ricky Nelson, Al Green, The Mountain Goats, Ebiet G Ade, System of A Down, JKT48, The Statler Brother, Glenn Fredly, Eminem, sampai OST JoJo’s Bizarre Adventure dalam satu playlist. Serandom hal-hal yang datang dan pergi dalam hidup kita, yang terlalu sayang jika tidak ditulis. Ashya yang rajin ngeblog, Mbak Fasta yang belum update dari tahun lalu, Mbak Depe yang baru ganti tampilan blognya, ditunggu postingan kalian!
ENJOY YOUR DAY!